Baru saja ibukota menyelesaikan pemilu putaran kedua. Euphorianya dari pra pemilu-pemilu-pasca pemilu mewarnai berbagai penjuru. Masyarakat yang notabene bukan warga Jakarta ikut serta memberikan opini dan pilihannya kepada kandidat-kandidat yang telah terpilih.
Indonesia dikenal dengan para netizennya. Peselancar dunia maya di Indonesia bukan lagi kelas teri, tapi kelas kakap menuju hiu. Flashback, banyak kasus yang akhirnya booming dan menjadi kelar setelah banyak netizen memberikan bully-an-nya kepada kasus tertentu. Sebagai contoh ; kasus pemukulan guru terhadap wali murid di salah satu daerah di Indonesia, beredarnya video pemukulan dengan wajah guru yang bersimbah darah, sontak membuat netizen geram sehingga mereka memberikan statement sarkasme kepada pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah aparatur negara. Berkat cibiran netizen, pelaku pun meminta maaf pada Guru tersebut dan sebelumnya si murid dikeluarkan dari sekolah dan di boikot oleh banyak sekolah, pun kini sudah mendapatkan bangku lagi di sekolah lain. Kita patut bangga dengan netizen, walau "nyacat" toh buktinya cibiran mereka menebarkan rasa malu untuk para pelaku kejahatan.
sejalan dengan kasus tersebut, Indonesia selalu diributkan dengan agenda pemilu. Mulai dari proses koalisi. Kita tahu bahwa dalam politik "teman jadi lawan" dan "lawan jadi teman". Proses koalisi pun diberitakan di chanel-chanel berita. Partai Burung dengan Partai Padi, atau Banteng dengan Beringin. Apapun itu, koalisi selalu berbumbu pedas. Sepedas omongan mantanmu, pas mutusin kamu.
Setelah proses koalisi selesai, dan sudah terbentuk pasangan calon pemimpin, mulailah kampanye.
*switch bahasa, ngga usah formal. berat banget nulis ala-ala formal... :'(
dulu waktu kecil, pikiranku, kampanye itu gembor-gemborin motor di jalan. Bikin keributan, bikin kuping pengendara lain jadi budeg mendadak stadium 3, bikin asap dimana-mana, and it's so arrogant.
setelah beranjak dewasa, dan menelan bangku kuliah, ehhh ngga kuat ding giginya, pokoknya stelah dewasa...
As I know, kampanye itu adu prestasi. Just it. You have to show your achievements and everybody will trust you.
kalopun harus pakek supporting , sebatas ; baliho, pamflet, videotron, atau aksi lainnya yang itu terkait show up prestasi dan visi misi.
tapi faktanya ngga begitu...
kampanye selalu diwarnai dengan debat "nyacat", "statement di depan wartawan dengan sindiran "nyacat", bahkan berlomba-lomba bikin akun social media untuk melakukan "cacatan" ke lawan juga.
ini contoh ulah netizen di masa pemilu |
kampanye hampir selalu diwarnai dengan mencari kesalahan lawan, kekurangan lawan dan dijadikan bahan untuk menjatuhkan lawan , Is it the leader? .Bahkan lebih parahnya lagi, para pemimpin ini punya fans fanatik macam selebriti. Bedanya kalo selebriti musti manggung dulu di tivi-tivi, musti ikut shooting sinetron striping setiap hari, musti punya karya dulu buat dapet fans. Para pemimpin kita ini enggak. Mereka dapet fans sukarela, ntah beneran sukarela apa enggak.
mereka menamakan diri sebagai Jokower, Ahoker, atau sebutan fans lainnya. Pada intinya, mereka membuat identitas sebagai pendukung salah satu kandidat. aku belum pernah denger ada fans anies-licious, atau bala-bala sandiaga uno, dll. Jokower dan ahoker terdengar lebih famous untuk masyarakat.
uniknya kampanye di Indonesia adalah, masa unjuk prestasi lebih singkat daripada masa nyacat. Durasi untuk sapa warga juga jauh lebih singkat dibanding ngomong panjang lebar di depan kamera sama mikrofon wartawan.
ketemu warga, tebar pesona, salaman, senyum-senyum karena dikerubutin, ngomong di panggung sebentar sambil obral janji. Kayak gebetan baru, yang gombalin pacarnya.
ntah jadi realita, atau dusta.. *tsaaahh
Yang paling mengherankan adalah setiap kandidat selalu saling melapor adanya KASUS KECURANGAN..
"saya merasa dicurangi"
"wah mereka pakai kaos untuk provokasi"
"wah mereka bagi-bagi sembako dan uang untuk diminta mencoblos nomer ini"
welcome to Indonesia, dimana penjahat teriak penjahat :p
mau sembako, mau kaos, mau sticker, mau kalimat-kalimat provokasi di social media semuanya BLACK CAMPAIGN.
TAU KAN APA KAMPANYE HITAM? kampanye hitam itu kalo kamu ikut kampanye, gembor-gembor motor dijalanan trus kepanasan trus kulitmu jadi gosong...
fix, itu kampanye hitam *ngawurrr...
pengalamanku sih, dulu pas pemilu kota Jogja dan untuk pertama kalinya nyoblos dimana jadwal nyoblos jam 10 pagi, jam 7 pagi tiba-tib beberapa onggok manusia mengetuk pintu rumah dan memberikan bungkusan berisi ; beras, minyak, gula, uang 50 ribu dan sticker calon pasangan yang HARUS DICOBLOS.
we call it :"SERANGAN FAJAR"...
karena datangnya selalu pagi-pagi disaat orang masih mager di kasur dengan iler yang tercetak sempurna di pipi..
Bagi warga di kampungku, serangan fajar adalah surga dunia. rezeki kan? disyukuri...
trus nyoblos yang di sticker ngga?? HHAHAHA... YA.... ENGGAKLAH! :D :D
kita selalu punya pilihan, karena hidup harus memilih sesuai kehendak hati. kalau kamu milih pergi dari bribikan kamu, ya it's oke .ngga masalah... *ehh apasih
salah satu contoh baliho "serangan fajar" lovers |
contoh serangan fajar |
nahhh kan sampe rumah dan kambing dibawa-bawa.. |
Pesta demokrasi yang seharusnya meriah dengan aura positif selalu saja diwarnai dengan aura negatif. Bahkan sudah merambah ke SARA (Suku, Ras, dan Agama). Etnis dibawa-bawa, agama diserang juga, dll. Pemilu seharusnya pemersatu bangsa, dimana setiap masyarakat bisa menentukan pilihn lewat logika berpikirnya. Bukan malah adu otot dengan senam jari, macam isi kebun binatang keluar semua, hanya karena debat-debat membela pilihan mereka.
apasih salah mereka? |
debat kandidat di tivi nggak se-serem debat netizen di social media.
masyarakat bisa saling membenci tanpa ketemu, bisa saling su'udzon, saling "goblok-menggoblokkan", saling "mencacati", beberapa orang berstatement hampir mirip profesor dengan ala kapasitas otak yang memadai. Padahal bisa dihitung pakai jari, mana yang serius mikir karena punya ilmu. mana yang cuma menang modal "mulut doang"
yahhh... intinya begitu. aku muak dengan aura pemilu yang penuh dengan kebencian. Mulai kandidatnya yang "ngga bisa jaga mulut", pendukungnya makin lagi.
dimana-mana keliatan panas, akun sampah mulai banyak tersebar dan menyebar berita dari yang fakta, hoax, sampai huex.. *muntah kalo ini
tapi suasana "kebakaran" di suasana pemilu itu akan berubah menjadi adem. persis kalo kamu kencan sama gebetanmu, ditraktir makan, diajak travelling main di air terjun.. *duhh ngelantur
pokoknya jadi adem, kala hasil penghitungan suara sudah final. sudah jelas pemenangnya. sudah jelas siapa looser-nya. Nah...
biasanya yang menang akan ngeluarin statement bijak :"saya akan melanjutkan perjuangan pemimpin sebelumnya, dan kita bisa bekerjasama"
dan yang kalah :"selamat kepada anda, semoga amanah. dan kita bisa saling mendukung dan memajukan daerah ini"
KENAPA KALIMAT ITU NGGA DIUCAP PAS MASA KAMPANYE?
malah saling nyacat daripada saling terbuka untuk kerjasama.
hmmm, yasudahlah. politik negeri ini memang lucu. dunia ini panggung sandiwara, tapi panggung sandiwara ngga seasik panggung dangdut O.M SERA.. *ehh
kalau aku sih, ya nggak terpengaruh dengan suasana politik yang gimana-gimana. walau kemarin lagi panas-panasnya. karena...
gue tetep jomblo... |
nggak ada jaminan setelah ikut ribut masalah pilkada, trus aku ketemu jodoh ... jadi santai aja :D
|
berharapnya, pemilu ke depan nanti suasanannya adem. kita bisa menikmati kesakralan pesta demokrasi dengan saling menghormati, menghargai keberagaman, saling menyayangi meski berebeda pilihan.
karena pada dasarnya, pemimpin yang baik itu ,yang mengamalkan ini :
*gambar diambil dari google
Komentar
Posting Komentar